Eco produck

Eco produck
Disain Product Pondok Prima Art

Rabu, 26 Januari 2011

Genah Melukat Ring Pasiraman Dalem Pingit Sebatu

Pasiraman Dalem pingit
Pura Sebatu, sungguh indah dan menarik, sangat berpotensi untuk dikembangkan pada konsep wisata spiritual. Pemandangan alam yang indah, air yang jernih dan suasana magis sungguh terasa begitu memasuki areal Pura Sebatu. Bagi kawan-kawan yang suka melakukan kegiatan spiritual, sungguh merupakan kewajiban untuk berkunjung ke Pura ini. Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut, Pura Sebatu merupakan Pura yang sangat keramat, magis dan baru-baru ini saja dibuka untuk khalayak ramai.
Untuk mencapai lokasi ke Pura Sebatu, dari Denpasar ke Ubud (Gianyar), kemudian ke Tegalalang. Pokoknya Tanya saja pada penduduk setempat, pasti sampai.
Beberapa koleksi foto Tempat Pengelukatan Di Pasiraman Dalem Pingit sebatu.









PANUGRAN DEWI UMA PANGLEBUR MALA
Pasiraman Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti salah satu tempat yang diyakini mempunyai kesucian. Karena lokasi ini menjadi taman beji Ida Bhatara Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti. Lokasi ini terdapat di Banjar/Desa Sebatu, Tegallalang, Gianyar, Bali. Menemukan tempat pasiraman ini tidak begitu mudah, Karena lokasinya agak tersembunyi dari jalan utama.

Untuk mencapai tujuan genah/tempat malukat, bisa dengan segala jenis kendaraan. Jalan tidak masalah, fasilitas jalan cukup baik. Setelah ketemu lokasinya, di sana sudah ada tempat parkir yang cukup luas. Selanjutnya perjalanan diteruskan ke arah kanan menuju arah timur. Kurang lebih 300 meter, ada jalan setapak yang tidak begitu lebar. Jalan menurun dengan tangga atau undag-undag yang jumlahnya cukup banyak sekitar ratusan..

Air terjun yang terdapat di Pasiraman Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti, menurut Jro Mangku Made Tantra yang tinggal di Banjar Sebatu, Tegallalang, Gianyar, sudah ada sejak dulu. Memang awalnya sudah napet, air terjun yang tidak begitu tinggi adalah kehendak alam yang mengucur sepanjang zaman. Hanya saja, belum dikenal sebagai genah (tempat) malukat.

Dikatakan Made Mantra bersama rekannya Jro Mangku Adi Armika yang ngayah di Pura Dalem Pingit, awalnya ada pemandu wisata (guide) dari Sebatu juga. Namanya Wayan Yudhi, mengantar tamu mandi. Kejadian tersebut tanggal 19 Nopember 2007, bertepatan rarahinan Kajeng Kliwon di mana bagi umat Hindu di Bali, Soma (Senin) Kajeng Kliwon dipandang sebagai hari keramat. Tamu yang diajak oleh Wayan Yudhi adalah tamu asing. Anehnya, tamu asing merasakan ketakutan dan lari. Tamu itu bercerita dan merasa kaget dan terkejut.

Pasalnya, tamu itu merasakan atau menemukan airnya berwarna. Berdasarkan cerita yang mengagetkan itu, masyarakat pun tidak menyia-nyiakan waktu dan ingin mengetahui apa yang terjadi di pasiraman tersebut. Warga setempat, kata Jro Mangku Made Mantra, beramai-ramai mendatangi lokasi, ingin melihat secara langsung. Tamu pun menceritakan dari mulut ke mulut bagaikan promosi. Pemandu wisata juga bercerita tentang terjadinya keunikan di lokasi air terjun yang kini disebut pasiraman Ida Bhatara Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti.

Setelah heboh dan disaksikan oleh warga Sebatu, ternyata benar ada keunikan, di mana airnya berwarna yaitu warna Warna putih keruh, seperti air beras, warna seperti air teh atau warna merah, warna kekuning-kuningan tampak keruh (puek), tapi ada juga tidak berwarna sama sekali (murni) .

Setelah malukat, air yang ada di bawah kembali normal, artinya tidak berwarna lagi. Jro Mangku tidak berani spekulasi, apakah warna tersebut penyakit yang keluar dari mereka yang malukat, Jro Mangku enggan memberikan komentar, nanti takut salah.

“Yang jelas, kalau ada orang malukat, airnya menjadi keruh dan berwarna, tergantung orang yang malukat. Hanya saja, tidak semua mampu melihatnya. Terkadang bisa dilihat oleh orang banyak,”ujar I Made Mantra dengan heran.

Cerita demi cerita, di mana kebenaran air ada keunikannya dengan adanya tiga warna, prajuru Desa Sebatu mengadakan paruman atau Jro Mangku bilang mengadakan pararem. Dalam pararem diputuskan pada tanggal 24 Nopember 2007 bertepatan rarahinan Tumpek Landep (Sabtu, Kliwon, Landep). Dilakukan pamendakan tirta yang keluar di tempat. Setelah dipendak, urai Jro Mangku Made Mantra, digelar pararem kembali mohon secara niskala kepada Ida Ratu Sanghyang Pujung Kaja, Sebatu, Tegallalang.

Dengan adanya berbagai keunikan, berdasarkan bawos niskala juga, tidaklah salah air atau tirta yang menjadi pasiraman Ida Bhatara yang malingga di Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti banyak menyimpan rahasia. Seperti dikatakan Jro Mangku Made Mantra yang sudah menjadi pamangku sejak kelas 2 SD, terdapat berbagai fungsi dari tirta yang ada dipasiraman. Dari kegunaan yang telah menjadi paican Ida Bhatara adalah: Kageringan, kageringan Pegawian Teluh Desti Teranjana, yang belum punya keturunan, juga sudah terbukti.

Tidak hanya sampai di sana, sekali lagi, prajuru kembali menggelar paruman (pararem) mohon petunjuk di mana dapat keputusan akan menghaturkan sane Jro Makalihan dipersilakan (kahaturan) melihat tempat malukat tersebut. Atas petunjuk yang ada, selanjutnya dibuatkan palinggih.

Setelah datang Jro Makalihan dan melakukan sembahyang, lagi karauhan (dites) dengan api. Ternyata yang karauhan tidak panas dengan api dan tidak basah dengan air. Dengan dilakukan acara tersebut, ternyata Ida Bhatara lagi mapaica secara niskala, dikatakan tirta yang keluar dari goa, adalah panugran Ida Dewi Uma.

Khusus bagi yang belum punya keturunan atau momongan, terutama pasangan suami istri, agar melakukan panglukatan sesering mungkin. Dianjurkan pasangan suami istri melakukan malukat bersama. Paica yang satu ini sudah dibuktikan dengan adanya umat atau penangkilan yang manghaturkan sasangi. Ada yang datang dari Petang, Badung, dari Lodtunduh, Gianyar dan banyak lagi yang datang naur sasangi (membayar kaul yang dimohonkan ketika malukat). Sekali lagi, harap Jro Mangku, bagi yang belum punya keturunan agar malukat bersama lanang-istri.

Berbagai keunikan sering terjadi. Jro Mangku bukan menakut-nakuti, asal tahu saja kejadian-kejadian yang sering terjadi di lokasi malukat. Sementara pantangan secara khusus tidak ada. Hanya saja, bagi yang kotor kain usahakan jangan berani melakukan panglukatan di sana. Karena sudah sering terjadi dampak bagi yang sakit maupun yang ingin mendapatkan paican Ida Bhatara.

Pantang Ajak Rare Belum Ketus Gigi

Diterangkan Jro Mangku Made Tantra yang ngayah di Pura Kusti dan Pura Melanting, Atas bawos niskala ini, Ida malinggih ring Sanghyang Klakah. Di mana tirta yang medal atau muncul dari goa tersebut merupakan pasiraman di Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti. Bawos niskala mengatakan “Anak alit (anak kecil) belum ketus gigi (tangal) tidak boleh malukat di tempat tersebut. Ini bawos niskala, bukan mengada-ada dari prajuru,” tegas Jro Mangku Mantra apa adanya. 
















2 komentar:

  1. Om swastiastu.
    Tiang gus rai saking tabanan.
    Tiang metaken niki..
    Yen wenten anak sane ngiring metaksu.. dados napi ten melukat derike.. wenten pantangan napi ten?
    Suksena

    BalasHapus
  2. Om swastiastu maaf sebelumnya tyng pakai bahasa indonesia
    Tyang gunggek saking negara jagi metaken ... Kalo orang sedang hamil muda apa di perbolehkan untuk melukat d sana

    BalasHapus