Eco produck

Eco produck
Disain Product Pondok Prima Art

Rabu, 26 Januari 2011

Foto Foto Sebatu Tempo Dulu 1920 - 1936























Genah Melukat Ring Pasiraman Dalem Pingit Sebatu

Pasiraman Dalem pingit
Pura Sebatu, sungguh indah dan menarik, sangat berpotensi untuk dikembangkan pada konsep wisata spiritual. Pemandangan alam yang indah, air yang jernih dan suasana magis sungguh terasa begitu memasuki areal Pura Sebatu. Bagi kawan-kawan yang suka melakukan kegiatan spiritual, sungguh merupakan kewajiban untuk berkunjung ke Pura ini. Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut, Pura Sebatu merupakan Pura yang sangat keramat, magis dan baru-baru ini saja dibuka untuk khalayak ramai.
Untuk mencapai lokasi ke Pura Sebatu, dari Denpasar ke Ubud (Gianyar), kemudian ke Tegalalang. Pokoknya Tanya saja pada penduduk setempat, pasti sampai.
Beberapa koleksi foto Tempat Pengelukatan Di Pasiraman Dalem Pingit sebatu.









PANUGRAN DEWI UMA PANGLEBUR MALA
Pasiraman Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti salah satu tempat yang diyakini mempunyai kesucian. Karena lokasi ini menjadi taman beji Ida Bhatara Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti. Lokasi ini terdapat di Banjar/Desa Sebatu, Tegallalang, Gianyar, Bali. Menemukan tempat pasiraman ini tidak begitu mudah, Karena lokasinya agak tersembunyi dari jalan utama.

Untuk mencapai tujuan genah/tempat malukat, bisa dengan segala jenis kendaraan. Jalan tidak masalah, fasilitas jalan cukup baik. Setelah ketemu lokasinya, di sana sudah ada tempat parkir yang cukup luas. Selanjutnya perjalanan diteruskan ke arah kanan menuju arah timur. Kurang lebih 300 meter, ada jalan setapak yang tidak begitu lebar. Jalan menurun dengan tangga atau undag-undag yang jumlahnya cukup banyak sekitar ratusan..

Air terjun yang terdapat di Pasiraman Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti, menurut Jro Mangku Made Tantra yang tinggal di Banjar Sebatu, Tegallalang, Gianyar, sudah ada sejak dulu. Memang awalnya sudah napet, air terjun yang tidak begitu tinggi adalah kehendak alam yang mengucur sepanjang zaman. Hanya saja, belum dikenal sebagai genah (tempat) malukat.

Dikatakan Made Mantra bersama rekannya Jro Mangku Adi Armika yang ngayah di Pura Dalem Pingit, awalnya ada pemandu wisata (guide) dari Sebatu juga. Namanya Wayan Yudhi, mengantar tamu mandi. Kejadian tersebut tanggal 19 Nopember 2007, bertepatan rarahinan Kajeng Kliwon di mana bagi umat Hindu di Bali, Soma (Senin) Kajeng Kliwon dipandang sebagai hari keramat. Tamu yang diajak oleh Wayan Yudhi adalah tamu asing. Anehnya, tamu asing merasakan ketakutan dan lari. Tamu itu bercerita dan merasa kaget dan terkejut.

Pasalnya, tamu itu merasakan atau menemukan airnya berwarna. Berdasarkan cerita yang mengagetkan itu, masyarakat pun tidak menyia-nyiakan waktu dan ingin mengetahui apa yang terjadi di pasiraman tersebut. Warga setempat, kata Jro Mangku Made Mantra, beramai-ramai mendatangi lokasi, ingin melihat secara langsung. Tamu pun menceritakan dari mulut ke mulut bagaikan promosi. Pemandu wisata juga bercerita tentang terjadinya keunikan di lokasi air terjun yang kini disebut pasiraman Ida Bhatara Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti.

Setelah heboh dan disaksikan oleh warga Sebatu, ternyata benar ada keunikan, di mana airnya berwarna yaitu warna Warna putih keruh, seperti air beras, warna seperti air teh atau warna merah, warna kekuning-kuningan tampak keruh (puek), tapi ada juga tidak berwarna sama sekali (murni) .

Setelah malukat, air yang ada di bawah kembali normal, artinya tidak berwarna lagi. Jro Mangku tidak berani spekulasi, apakah warna tersebut penyakit yang keluar dari mereka yang malukat, Jro Mangku enggan memberikan komentar, nanti takut salah.

“Yang jelas, kalau ada orang malukat, airnya menjadi keruh dan berwarna, tergantung orang yang malukat. Hanya saja, tidak semua mampu melihatnya. Terkadang bisa dilihat oleh orang banyak,”ujar I Made Mantra dengan heran.

Cerita demi cerita, di mana kebenaran air ada keunikannya dengan adanya tiga warna, prajuru Desa Sebatu mengadakan paruman atau Jro Mangku bilang mengadakan pararem. Dalam pararem diputuskan pada tanggal 24 Nopember 2007 bertepatan rarahinan Tumpek Landep (Sabtu, Kliwon, Landep). Dilakukan pamendakan tirta yang keluar di tempat. Setelah dipendak, urai Jro Mangku Made Mantra, digelar pararem kembali mohon secara niskala kepada Ida Ratu Sanghyang Pujung Kaja, Sebatu, Tegallalang.

Dengan adanya berbagai keunikan, berdasarkan bawos niskala juga, tidaklah salah air atau tirta yang menjadi pasiraman Ida Bhatara yang malingga di Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti banyak menyimpan rahasia. Seperti dikatakan Jro Mangku Made Mantra yang sudah menjadi pamangku sejak kelas 2 SD, terdapat berbagai fungsi dari tirta yang ada dipasiraman. Dari kegunaan yang telah menjadi paican Ida Bhatara adalah: Kageringan, kageringan Pegawian Teluh Desti Teranjana, yang belum punya keturunan, juga sudah terbukti.

Tidak hanya sampai di sana, sekali lagi, prajuru kembali menggelar paruman (pararem) mohon petunjuk di mana dapat keputusan akan menghaturkan sane Jro Makalihan dipersilakan (kahaturan) melihat tempat malukat tersebut. Atas petunjuk yang ada, selanjutnya dibuatkan palinggih.

Setelah datang Jro Makalihan dan melakukan sembahyang, lagi karauhan (dites) dengan api. Ternyata yang karauhan tidak panas dengan api dan tidak basah dengan air. Dengan dilakukan acara tersebut, ternyata Ida Bhatara lagi mapaica secara niskala, dikatakan tirta yang keluar dari goa, adalah panugran Ida Dewi Uma.

Khusus bagi yang belum punya keturunan atau momongan, terutama pasangan suami istri, agar melakukan panglukatan sesering mungkin. Dianjurkan pasangan suami istri melakukan malukat bersama. Paica yang satu ini sudah dibuktikan dengan adanya umat atau penangkilan yang manghaturkan sasangi. Ada yang datang dari Petang, Badung, dari Lodtunduh, Gianyar dan banyak lagi yang datang naur sasangi (membayar kaul yang dimohonkan ketika malukat). Sekali lagi, harap Jro Mangku, bagi yang belum punya keturunan agar malukat bersama lanang-istri.

Berbagai keunikan sering terjadi. Jro Mangku bukan menakut-nakuti, asal tahu saja kejadian-kejadian yang sering terjadi di lokasi malukat. Sementara pantangan secara khusus tidak ada. Hanya saja, bagi yang kotor kain usahakan jangan berani melakukan panglukatan di sana. Karena sudah sering terjadi dampak bagi yang sakit maupun yang ingin mendapatkan paican Ida Bhatara.

Pantang Ajak Rare Belum Ketus Gigi

Diterangkan Jro Mangku Made Tantra yang ngayah di Pura Kusti dan Pura Melanting, Atas bawos niskala ini, Ida malinggih ring Sanghyang Klakah. Di mana tirta yang medal atau muncul dari goa tersebut merupakan pasiraman di Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti. Bawos niskala mengatakan “Anak alit (anak kecil) belum ketus gigi (tangal) tidak boleh malukat di tempat tersebut. Ini bawos niskala, bukan mengada-ada dari prajuru,” tegas Jro Mangku Mantra apa adanya. 
















Gunung Kawi Sebatu



Pura Gunung Kawi Sebatu ( Tirta Dawa Gunungkawi Sebatu)
Pura Gunung Kawi terletak di Dusun Sebatu, Tegalalang-Gianyar dan beberapa 55 km dari Denpasar, memiliki kisah unik untuk diceritakan. Kata-kata Gunung Kawi berasal dari kata gunung (mount) dan makna Kawi 'dibuat'.
Gunung Kawi candi diperkirakan telah dibuat menjadi persinggahan atau pertapaan oleh mahareshi dari java. Rishi Markandeya ratusan tahun yang lalu. Pada saat itu, ia melakukan misi haji dari Jawa ke Bali . Sebuah piring batu ditemukan di mana sebelumnya dilakukan Maharishi penghematan ketika ia pertama kali menginjakkan kaki di sana. Itu sebabnya tempat itu dikenal sebagai Desa Sebatu.

cerita lain meminta Sebatu yang dianggap berasal dari kata Sauh dan Maserod (tergelincir) di atas batu. Nama Sebatu dikaitkan dengan riwayat unik Maya Denawa, seorang raja lalim administrasi Bali ratusan tahun yang lalu. Pada saat kakinya terpeleset di batu dan itulah bagaimana kata Sebatu datang untuk menjadi dan masih digunakan sampai sekarang.
Gunung Kawi kini telah menjadi obyek wisata, juga terletak dan memiliki suasana yang tenang. Di tempat ini terdapat 10 hujan (musim semi) memiliki kualitas yang magis. Mereka diyakini memiliki kualitas menyembuhkan penyakit atau obat untuk segala jenis malapetaka orang mencolok, dalam banyak kasus banyak pengunjung tidak hanya hanya membayar panggilan di tempat ini, tetapi juga melakukan ibadah dengan persembahan sederhana yang berkaitan dengan melukat (mandi pemurnian) dengan harapan mereka bisa menghindari penyakit, hambatan dan bencana. turis asing mulai mengunjungi candi ini sejak tahun 1976. Terlepas dari iklim alam yang indah dan tenang, beberapa bangunan perusahaan yang asli dan memiliki unsur-unsur magis. Setidaknya ada 50 pengunjung yang datang setiap hari untuk objek ini. Terutama, mereka datang dari Italia, Amerika dan Perancis antara lain. Cinta dan Berbagi

Ada 3 pura bernama Gunung Kawi di Bali, kebetulan semuanya berada di kabupaten Gianyar. 
Seperti halnya Pura Gunung Kawi Tampak Siring, Pura Gunung Kawi Sebatu merupakan 
obyek wisata yang terkenal. Artinya, keberadaannya tidak hanya menarik para pencari 
Hyang Widhi tetapi juga para wisatawan umum dari dalam dan luar negeri.




Pura Gunung Kawi Sebatu terletak di desa,Br Sebatu, Tegallalang, dikelilingi oleh kegiatan seni 
dan pariwisata yang cukup ramai. Pura ini kaya sekali dengan air, sumber air, kolam air,
semuanya ditata secara sangat artistik untuk memulyakan anugrah Hyang Widi dalam 
manifestasinya sebagai Hyang Wisnu. Areal pekarangan pura sangat indah dan luas dan lengkap,
 ada wantilan yang cukup besar, tempat istirahat, peturasan yang cukup memadai, 
juga ada beberapa ekor binatang piaraan. Taman dan kolam ikan dengan ikan-ikannya 
yang besar-besar sangat terawat. Untuk pengunjung wisata dikenakan pungutan tiket 
beberapa ribu rupiah. Tidak ada pungutan untuk pengunjung yang beribadat. Pengunjung 
dibedakan dengan pakaian dan bawaannya. Tidak ada salahnya kalau semeton sambil 
beribadat juga membawa kamera atau cam-corder karena banyak sekali obyek yang sangat 
ndah untuk konsumsi lensa.
Sejarah pura ini sering dikait-kaitkan dengan keberadaan Raja Mayadenawa dan kekuasaannya 
yang lalim. Entah bagaimana kebenarannya, belum ada penelitian yang dapat dijadikan 
bahan pengetahuan yang berharga. Sayang sekali bukan?
Padahal suasana sakral pura ini sangat baik untuk menunaikan bakti dan puja kepada Tuhan. 
Pada saat pura ini bebas dari wisatawan, terasa hawa dan perbawa aura-aura suci yang 
sangat kental. Tidak jarang beberapa detik berubah menjadi bisikan dan sapaan terimakasih 
karena telah berkunjung membawa tanda kasih dan bakti. Mudah sekali dirasakan, bahkan 
oleh pengheningcipta taraf pemula. Tempat yang bagus sekali untuk melatih kepekaan mata niskala. Lemparkan rasa kasih dan penyerahan diri maka secara spontan akan dikembalikan berlipat ganda.
Jangan terkejut kalau kita menemukan aura suci dari tokoh-tokoh bijak bukan saja dari Bali tetapi 
juga dari Jawa, seperti pujangga besar Ronggowarsito, kanjeng Pangeran Diponegoro dan 
banyak tokoh yang konon disemayamkan di Imogiri.









Sabtu, 22 Januari 2011

Bali


Bali terpilih kembali menjadi tujuan wisata nomor 1 oleh majalah Travel Asia. Bali Dijadikan sebagai tujuan wisata Dunia. disebabkan  Adanya  beberapa point penting yang dimiliki oleh Bali diantaranya:
  1. Pemahaman, orang Bali memiliki budaya dan paham bahwa Bali harus menjadi tujuan wisata. Budaya, orang Bali menjunjung tinggi kebudayaan Bali. 
  2. Fasilitas, banyak fasilitas disediakan untuk wisata. Jalan ke tempat wisata yang baik, fasilitas hotel, resort, villa, tempat makan, dll. Fasilitas penyewaan mobil. Kalau anda menyewa mobil, anda tidak di berikan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan). Hanya ada diatas sun blind, fotocopy STNK dan juga nama tempat penyewaan mobil.
  3. Aman, tentu saja itu berhubungan dengan point nomor 1.
Saran saya kalau mau ke Bali, bawalah GPS (Global Positioning System) dan jangan lupa bawa charger mobil, sewa mobil, dan kelilinglah Bali. Selain Wisata pantai. Bali juga memiliki obyek wisata  pegunungan Dan danau. Diantaranya Gunung Batur, Dan Danaunya, Gunung Agung, Gunung Abang, Dan Masih Banyak Lagi.